Taman Nasional Kutai & Orang Utan Morio


TAMAN NASIONAL KUTAI & ORANGUTAN  Pongo pygmaeus morio
ORANGUTAN MORIO

 (pongo pygmaeus morio)

Orangutan Morio :
Di Indonesia terdapat 2 (dua) spesies orangutan yaitu orangutan Borneo (Pongo pygmaeus) dan orangutan Sumatera (Pongo abelii  ). Orangutan Borneo terdiri dari 3 (subspecies) yaitu Pongo pygmaeus pygmaeus di bagian barat, Pongo pygmaeus wrumbii di bagian tengah dan Pongo pygmaeus morio di bagian tumor. Taman Nasional Kutai (TNK) merupakan habitat penting bagi orangutan morio ( Pongo pygmaeus morio). Saat ini setidaknya terdapat 1.200 – 1.500 individu yang hidup dudalamnya.


Habitat di Indonesia
Orangutan merupakan satwa endemic yang hanya ada di Pulau Kalimantan dan Sumatra. Orangutan terdiri 2 (dua) spesies yaitu Pongo pygmaeus untuk orangutan Kalimantan dan Pongo abelii untuk orangutan Sumatera. Munculnya dua spesies tersebut adalah akiat perubahan geografis yang menyebabkan dua pulau yang sebelumnya berada satu gugusan pulau menjadi terpisah. Orangutan Kalimantan sendiri terbagi lagi menjadi 3 (tiga) sub spesies yaitu Pongo pygmaeus pygmaeus di bagian barat, pongo pygmaeus wrumbii bagian tengah dan pongo pygmaeus morio bagian timur.
Nama orangutan berasal dari bahasa Melayu yangdapat diartikan sebagai “Örang Hutan”. Di Sumatera dan Kalimantan orang mengenalnya sebagai mawas. Satwa ini pertama kali dideskripsikan pada awal abad ke-17 oleh dua dokter Belanda, Jakob dan Nicholas Tulf. Nama ilmiah orangutan pertama kali diberikan oleh Cool van Linne yaitu Simia satyrus (Linnaeus, 1758). Namun karena suatu alasan, sejak tahun 1927 nama ini resmi diganti oleh International Commision on Zoological Nomenclature menjadi Pongo pygmaeus. 
Orangutan merupakan satu-satunya kera besar yang ada di Asia yang merupakan anggota dari suku Pongidae. Suku Pongidae memiliki empat anggota kera besar yaitu orangutan (Pongo sp) ,  bonobo (Pan paniscus), simpanse ( Pan troglodytes) dan gorilla (Pan gorilla) .



STATUS KONSERVASI


Keberadaan orangutan di alam sangat terancam dan rentan terhadap kepunahan sehingga IUCN menetapkan status orangutan Kalimantan dalam kategori “endangered”. Orangutan juga terdaftar dalam kategori appendix I CITES ( Convention on International Trade in Endangered Wild Species of Fauna and Flora)  yang menetapkan orangutan, termasuk bagian tubuhnya tidak boleh diperdagangkan di manapun juga. Di Indonesia, orangutan dilindungi melalui peraturan perlindungan Binatang Liar No.233 Th.1931, UU no.5 Th.1990, SK MenHut 10 Juni 1991 no 30 Kpts-II/1991 dan PP no.7 Th.1999.

PERKEMBANGBIAKAN ORANGUTAN
Sistem perkembangbiakan orangutan di alam sangat lambat. Orangutan betina mencapai dewasa dan mulai melahirkan pada usia 7-10 tahun dengan lama kandungan hampir sama dengan manusia yaitu berkisar antara 8,5 – 9 bulan. Setelah melahirkan, orangutan merawat bayinya sampai mandiri dan mulai dewasa yaitu pada umur 6-7 tahun. Kemampuan mengasuh anak sampai dewasa dan mandiri merupakan waktu yang terlama dari semua satwa. Orangutan baru akan melahirkan anak lagi setelah 7-8 tahun lamanya, atau setelah anak sebelumnya sudah mandiri. Oleh sebab itu selama hidupnya yang berkisar antara 45- 50 tahun, orang utan hanya mampu melahirkan 2 – 3 keturunan.

ORANGUTAN KALIMANTAN VS ORANG UTAN SUMATERA

Perbedaan morfologis antara orangutan Sumatera dan orangutan Kalimantan dapat dkenali dari perawakannya, khususnya struktur rambut oranghutan. Jenis Kalimantan berambut pipih, dengan kolom pigmen hitam menebal di tengah sedangkan jenis dari Sumatera berambut lebih tipis, membulat, mempunyai kolom pigmen di bagian tengahnya, biasanya jelas didekat ujungnya dan kadang berujung hitam dibagian luarnya. Ciri lain adalah orangutan Kalimantan memiliki postur tubuh lebih tegap dan mempunyai kulit dan warna rambut lebih gelap dari orangutan Sumatera.

MENGENAL TN.KUTAI BERSAMA RIMBAWAN UNMUL DAN STIPER KUTAI

Perjalanan dimulai dari kota Samarinda yang merupakan tempat camp salah satu kelompok magang Mahasiswa Instiper Yogyakarta. Pukul 11.19 WITA  Dea Fitriani Sinaga (ketua Dewan Perwakilan Sylva Indonesia) menghubungi saya bahwa akan datang ke rumah sesuai dengan perencanaan kami sebelumnya pada siang hari kami akan berangakat ke Kota Bontang sambil menunggu Arman Mansyah ( Anggota Himflofa Kehutanan Unmul) karena kami akan menginap semalam di rumah beliau bang Arman yaitu di Kota Bontang. Perjalanan dari kota Samarinda ke Bontang kami habiskan kurang lebih 2,5 jam dengan istirahat di jalan satu kali. Sesampainya di Bontang kami menginap di rumah bang Arman selama 1 malam. Pada malam harinya Arman mengajak kami keliling-keliling kota Bontang, ia mengenalkan tempat pabrik pupuk terbesar di Kalimatan Timur sekaligus di Indonesia yang tidak jauh dari rumahnya. Setelah itu kami juga diajak ke Bontang Kuala yang merupakan perkampungan terapung di atas air laut. Keesokan harinya pukul 04.00 Wita kami sudah bersiap-siap untuk berangkat menuju TNK. Perjalanan dimulai pukul 04.30 Wita dari Bontang menggunakan sepeda motor. Selama perjalanan suasana masih gelap dan berkabut embun yang lumayan dingin, 30 menit dari Bontang sahut menyahut suara alam sudah mulai terdengar di wilayah TNK yakni suara burung, jangkrik, kera, dan suara alam lainnya. Kami sempatkan untuk berhenti dipinggir jalan untuk menikmati suara rimba tersebut. Setelah rasanya cukup kamipun melanjutkan perjalanan menuju kota Sangata yang merupakan ibukota Kabupaten Kutai Timur. Sampai di Sangata pukul 06.20 Wita kami sudah di tunggi oleh Syarif ( Ketua HIMA Kehutanan Stiper Kutai) dan Aprin yang sudah dari subuh menunggu kami di perempatan tugu elang kota Sangata. Tidak menunggu waktu lama kami langsung bergegas menuju camp Prevab yang merupakan tempat habitat orangutan sub spesies Pongo pygmaeus morio yang masih alami hidup di alam bebas. Pukul 06.40 Wita kami tiba di tempat peenyebrangan sungai sangata. Sampai di tempat penyebrangan, kami bertemu dengan 3 Mahasiswi Kehutanan Stiper Kutai yaitu Lena, Hawa, dan Stefi yang sudah siap dengan seragam lapangan kehutanan Stiper Kutai dengan cirikhas rimbawannya. Pukul 06.55 Wita kami pun menyebrangi sungai sangata yang terkenal dengan buaya pembunuhnya. Kami menyebrang  dengan perahu ketinting kapasitas 5-6 orang. Penyebrangan rombongan kami dilakukan dua kali pengangkutan.  Singkat cerita tibalah kami di Camp Prevab Taman Nasional Kutai dan langsung mengeksplorasi untuk mengenal lokasi TNK dan Orangutan Morio nya.

foto ( Lena, Stevi, Hawa)





































Komentar

Postingan populer dari blog ini

Riam Panggar, Kab.Bengkayang, Kalimantan Barat

Analisis Kesesuaian Lahan Gaharu, Kab.Bengkayang, Kalimantan Barat

Gunung Merbabu